Beranda Internasional Kenaikan CO2 Tercepat dalam 50.000 Tahun Terakhir, Temuan Mengejutkan dari Es Antartika

Kenaikan CO2 Tercepat dalam 50.000 Tahun Terakhir, Temuan Mengejutkan dari Es Antartika

Kalawaca.com – Peningkatan konsentrasi karbon dioksida (CO2) di atmosfer menjadi isu lingkungan paling kritis yang dihadapi umat manusia saat ini. Di era industri modern, aktivitas manusia menyebabkan lonjakan dramatis emisi CO2. Mulai dari penggunaan bahan bakar fosil, deforestasi, hingga lambatnya transisi energi. Semua itu berkontribusi terhadap meningkatnya jumlah CO2 di atmosfer. 

Penelitian terbaru mengungkapkan, peningkatan karbon dioksida (CO2) di atmosfer melaju sepuluh kali lebih cepat dibandingkan periode manapun dalam 50.000 tahun terakhir. 

Studi ini dilakukan oleh para peneliti dari Oregon State University, Amerika Serikat. Para peneliti itu menganalisis kimia yang terdapat pada es Antartika purba. Hasil penelitiannya diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences pada 13 Mei 2024.

Kathleen Wendt, penulis utama penelitian tersebut mengatakan, laju perubahan CO2 saat ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya.

“Penelitian kami mengidentifikasi tingkat kenaikan CO2 alami tercepat yang pernah diamati, dan tingkat yang terjadi saat ini, yang sebagian besar disebabkan oleh emisi manusia, adalah 10 kali lebih tinggi.” ungkap Kathleen dikutip dari situs resmi Oregon State University, Rabu (16/5/2024)

Penelitian tersebut juga menyoroti laju peningkatan alami CO2 di masa lalu dan laju peningkatan yang disebabkan oleh aktivitas manusia saat ini. Secara historis, peningkatan CO2 sebesar 14 parts per million (ppm) biasanya membutuhkan waktu sekitar 55 tahun. Fenomena seperti ini terjadi secara alami dalam 7.000 tahun sekali atau lebih. Namun, dampak aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi, peningkatan yang sama kini hanya membutuhkan waktu 5 hingga 6 tahun. 

Bukti ilmiah juga menunjukkan, selama periode peningkatan alami CO2 di masa lalu, angin barat berperan menggerakkan sirkulasi laut dalam. Angin ini menyebabkan lepasnya CO2 yang tersimpan di dalam air dengan lebih cepat di Samudra Selatan.

Angin barat dikenal sebagai Roaring Forties, Furious Fifties, atau Screaming Sixties. Angin ini bertiup kuat di lintang tengah di belahan bumi selatan. Sedang Samudra Selatan memainkan peran penting dalam menyerap CO2 dari atmosfer. Samudra ini menyerap sekitar 35% CO2 di bumi. 

Jika angin barat menguat, hal itu bakal mengurangi kemampuan Samudra Selatan dalam menyerap CO2 dan mempercepat pemanasan global. Meskipun saat ini Samudra Selatan berperan penting sebagai penyerap CO2, perubahan iklim bisa mengubah hal ini. Kondisi ini menjadi fokus penelitian utama karena dampaknya yang signifikan terhadap strategi mitigasi perubahan iklim.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini