Kalawaca.com – Di jantung kota Accra, Ghana, bau busuk kemajuan teknologi modern menyengat. Agbogbloshie, sebuah distrik yang terletak tidak jauh dari pusat kota Accra, Tempat ini dikenal sebagai salah satu tempat pembuangan sampah elektronik terbesar di dunia. Limbah elektronik dari berbagai negara seperti mobil, komputer lama, kamera, dan televisi, dikumpulkan di sini.
Di Agbogbloshie, sekitar 40.000 warga Ghana tinggal dan bekerja di bawah kondisi yang sangat menantang. Banyak dari mereka adalah migran dari daerah pedesaan yang mencari penghidupan di kota. Mereka terlibat dalam pekerjaan daur ulang limbah elektronik –ndustri berisiko tinggi namun sedikit imbalan. Penghasilan rata-rata mereka berkisar antara 4 hingga 6 dolar per hari.
Menurut aktivis lingkungan Ghana, Tash Morgan, Agbogbloshie menerima hingga 80 ton limbah elektronik setiap bulan, atau sekitar 960 ton per tahun. Namun, angka ini mungkin lebih tinggi karena tidak semua pengiriman tercatat atau dilaporkan secara resmi.
Data dari The Global E-Waste Monitor 2020 menunjukkan bahwa pada tahun 2019, timbulan sampah elektronik di dunia mencapai 53,6 juta ton. PBB memprediksi bahwa jumlah ini akan meningkat menjadi 74 juta ton pada tahun 2030 dan 120 juta ton pada tahun 2050, namun hanya sekitar 17,4 persen yang didaur ulang secara efektif.
Negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Inggris, Uni Eropa, dan Australia, mengirimkan sampah elektronik mereka ke Agbogbloshie. Di sana, pekerja, termasuk anak-anak, membongkar perangkat-perangkat tersebut untuk memulihkan logam berharga seperti tembaga, aluminium, dan besi.
Proses pembongkaran ini sering kali dilakukan dengan cara dibakar. Hal ini mengakibatkan paparan terhadap zat beracun dan karsinogenik, termasuk tingkat keracunan timbal yang sangat tinggi. Paparan ini sangat berbahaya bagi anak-anak, yang dapat mengalami hambatan dalam perkembangan sistem reproduksi, sistem saraf, dan otak
Berdasarkan Indeks Kualitas Udara (AQI) di Accra pada September 2023, kualitas udara di Agbogbloshie mencapai angka antara 150 dan 200. Angka ini menunjukkan kualitas udara di wilayah tersebut sangat buruk dan sangat tidak sehat bagi penduduk setempat.
Di balik kilauan perangkat digital yang menghiasi kehidupan sehari-hari, Agbogbloshie, menjadi saksi betapa ironisnya kemajuan teknologi. Di sini, bukit-bukit sampah elektronik menumpuk. Mengeluarkan asap beracun, mencemari udara dan mengokotori lingkungan. Agbogbloshie menjadi cerminan dari ketidakpedulian dan ketidakadilan global. Disini, harga dari kemudahan teknologi yang kita nikmati dibayar dengan kesengsaraan.
.