Oleh: Ahmad Sukari
Tentang sesuatu yang melekat dalam diri seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) tentu terdapat hal menarik yang menjadi image tersendiri bagi seorang ASN atas pengabdian berpuluh-puluh tahun lamanya sebagai abdi negara. Mengingat hal itu saya langsung teringat dengan kata “Pertanian”, bidang yang sangat akrab dengan pekerjaan Bapak dalam mengemban tugas di Pemerintah Daerah DKI Jakarta, Suku Dinas Pertanian Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.
Kalimat “Pertanian” memang sangat hangat dan identik di lekatkan dalam diri Bapak. Pengabdiannya yang sudah puluhan tahun lamanya dan tak pernah berpindah Instansi manapun selama perjalanan karir panjangnya tentu menjadi alasannya. Selain itu, saya beranggapan mungkin karena loyalitas penuhnya dan profesionalitasnya dalam pekerjaan yang diembannya itu sudah barang tentu menjadi alasan kuatnya pula.
Bagi orang yang mengenalnya, Bapak ialah sosok pekerja keras yang senantiasa jujur, rendah hati, dan gigih dalam bekerja, sangat amanah serta tanggung jawab terhadap suatu hal. Gesit dan cekatan terhadap persoalan dilapangan sudah menjadi ciri khasnya dan selalu menjadi cerminan dalam hidupnya. Gerak cepat atau yang anak generasi sekarang bilang “Gercep” sudah menjadi karakter dalam etos kerjanya. Bahkan integritasnya tak perlu diragukan lagi.
Bukan hanya itu, dalam hal ilmu pengetahuan Bapak sangat kompeten di bidangnya dan begitu memahami urusan pekerjaan terutama di bidang pertanian, perkebunan, tanaman dan lain-lain. Sehingga tak jarang banyak orang-orang dari berbagai kalangan bahkan mahasiswa dari Kampus terkemuka pernah belajar, berdiskusi dan bertukar pikiran banyak dengan Bapak mengenai tanaman, bibit pohon, pupuk dan sebagainya. Semua itu didasarkan atas pengalamannya dalam pekerjaan dilapangan. Seperti kata pepatah pengalaman adalah guru yang paling bijak. Tentu hal itu sudah selayaknya dinisbatkan pada Bapak. Dan sepantasnyalah Bapak disebut sebagai “Bapak Pertanian”, Karena kelatenan dan kepiawaiannya menekuni profesi di bidang kerjanya.
Dan hari ini, Jum’at 31 Mei 2024 merupakan hari terakhir Bapak berkantor dalam melakukan serangkaian aktivitas kerjanya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Hari terakhir tentunya terasa berat bagi rekan atau kawan kerja kantornya untuk melepasnya. Namun perpisahan memang jalan yang harus diterimanya. Berbagai rasa maupun suasana begitu menyelimuti dalam perpisahannya di hari Jum’at yang cerah itu.
Terasa begitu haru rasa yang menghinggapi kawan kerjanya semua di hari itu. Seperti apa yang diucapkan salah satu kawan kantornya kepada Bapak dengan sambil memeluk bapak, ia berkata : “Selamat Purna ya Pak Iyang, tetap jaga persahabatan dan persaudaraan kita semuanya, tetap bantu-bantu kita ya Pak iyang, jangan lupakan kita semua”. Saya mendengarnya sangat turut merasakan perasaan para pegawai Suku Dinas Pertanian seperti tak siap dan tak rela kini Bapak waktunya telah Purna sebagai abdi negara. Seperti ada yang hilang dari Roh maupun Marwah dalam instansi itu dan tak biasa melihat ini semua. Apakah karena selama ini sikap Bapak yang sangat hangat terhadap semua orang dan sangat diandalkan dalam urusan pekerjaan dikantornya. Entahlah, namun tentunya kesan dan kenangan selama ini sangat terpatri bagi rekan kerja khususnya bagi keluarga Suku Dinas Pertanian Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. DKI Jakarta.
Terdapat hal yang paling saya ingat ialah semasa saya kecil, ketika berangkat kerja Bapak selalu menggunakan sampan (Perahu Kecil) sambil mendayung mengarungi lautan bersama rekan kerjanya dari Tanjungan Timur Pulau Tidung ke Pulau Tidung Kecil. Bagi anak zaman sekarang mungkin hal itu terlihat asing dan unik. Namun hal yang demikian itu bagi saya dan Bapak tentunya menjadi sesuatu yang paling berkesan dan pastinya selalu terekam dalam memori ingatan. Karena dari situlah awal cerita sejarah perjalanan indah Bapak bermula.
Cerita tentang Pulau Tidung Kecil dengan sukun dan kelapa mudanya saat ini cukuplah menjadi sebait kisah dalam memori panjang perjalanan kehidupan pada masanya yang sedemikian elok nan indah dan pastinya takkan pernah terlupakan.
Dihari terakhirnya Bapak berkantor, saya meluangkan waktu untuk datang ke kantornya yang berada di daratan Jakarta, yang terletak di Jalan Gunung Sahari. Menemani hari terakhir Bapak sebagai abdi negara.
Hari baik dalam perpisahan, Insya ALLAH segalanya dikemudian hari selalu menjadi baik.
Sehat selalu Bapak. Semoga menemukan kesuksesan lain di luar sana. Berkah dan bahagia selalu mengiringi perjalanan kehidupan. Selamat Purna Untukmu Ku ucapkan.
Gunung Sahari, 31 Mei 2024