Seperti kematian, manusia hidup harus mampu bersahabat dengan kesalahan. Tak ada manusia di kolong langit ini bisa menghindarinya. Hanya Tuhan saja yang tak pernah melakukan sesuatu yang ia ciptakan dengan tangannya sendiri itu. “Berbuat salah itu manusiawi dan memaafkan adalah hal yang ilahi.” Konon kalimat ini sering diulang-ulang Alexander Pope, penyair Inggris abad ke-18 yang namanya paling banyak disebut ketiga setelah Shakespear di The Oxford Dictionary of Quotations. “Al-Insan mahallu al-khata wa al-nisyan, manusia tempatnya salah dan lupa.” Itu kalimat ulama yang diajarkan ibu guru madrasah ibtidaiyyah saya.
Semua ungkapan itu tak keliru. Sejarah mempertontonkan banyak para pembuat gerak dunia tumbuh dari kesalahan. Steve Jobs pendiri dan CEO Apple Inc punya cerita. Di hadapan ratusan wisudawan Universitas Stanford Juni 2005, Steve Jobs membagi sebuah kisah yang diakuinya sebuah kekeliruan. Ketika menjadi mahasiswa di Reed College, ia tak sempat melunaskan materi-materi yang diajarkan di kelas-kelas dan mengenakan toga kampus itu. Ringkasnya, drop out!
Reed College menurut Steve menawarkan pengajaran kaligrafi terbaik di Amerika. “Di seluruh kampus, setiap poster, setiap label yang tertempel pada laci, ditulis indah dengan tulisan tangan. Karena saya telah putus kuliah dan tidak harus mengikuti kelas-kelas normal, saya memutuskan untuk mengikuti kelas kaligrafi untuk mempelajari cara membuatnya,” jelas Steve.
Dari kelas itu, Steve belajar jenis huruf Serif dan San Serif yang kita kenal sekarang, lalu memvariasikan jumlah spasi di antara kombinasi huruf yang berbeda. Sepuluh tahun kemudian, saat Steve yang dibesarkan orang tua angkat itu merancang komputer Macintosh pertama, ilmu itu ia gunakan. “Kami merancang semuanya ke dalam Mac. Itu komputer pertama dengan tipografi yang indah,” katanya dengan percaya diri.
Jauh sebelum itu di awal pergantian abad, Albeit Enstein pernah melakukan kesalah berulang-ulang. Pada 1905, artikelnya yang mengubah arah dunia itu terbit di Jurnal Annals of Physics. Ia mengatakan (m) dapat diubah menjadi energi (E) melalui rumus E = mc2 (di mana c adalah kecepatan cahaya). Tapi, penelitian berikutnya mengatakan artikel tersebut mengandung setidaknya 23 kesalahan. Dua di antaranya, kesalahan dalam hubungan antara radiasi termal dan kuanta Cahaya dan kesalahan dalam prinsip Kesetaraan gravitasi dan percepatan. Ini yang disebut konsultan bisnis, akademisi, dan penulis Paul Schoemaker sebagai Brilliant Mistakes.
Pada Selasa lalu, ketika saat ke Rasuna Said Jakarta, saya keliru masuk terminal busway Cawang padahal yang saya maksud stasiun Lintas Rel Terpadu. Itu pengalaman pertama saya. Sebetulnya saya sudah hati-hati agar tak salah. Sebelum masuk terminal busway, saya sudah membaca baik-baik peta informasi. Peta itu memuat garis-garis ruwet dan nama-nama stasiun. Sehari sebelumnya, saya sudah bertanya cara menjangkau LRT.
Lantaran tetap tak paham, saya bertanya pada seorang penjaga yang berdiri di pintu masuk. “Kalau ingin ke Rasuna Said apa lewat sini?” si petugas mengatakan lewat pintu ini. Saya melewatinya dan menuruni tangga. Tapi, tak pernah saya temukan rel kereta di sini. Saya melihat sebuah bangunan di depan saya. Mungkin itu stasiun LRT. Saya harus belajar dari kesalahan.
Kalimulya, 6 September 2024