Beranda Kalapikir KH. Abdul Mu’thi Cimone, Wajah Teduh NU Banten

KH. Abdul Mu’thi Cimone, Wajah Teduh NU Banten

Penulis: Hamdan Suhaemi, Wakil Ketua PWNU Banten

Abah Utin—begitu warga Cimone, Kota Tangerang, menyapa KH. Abdul Mu’thi—adalah figur ulama yang disepuhkan. Ia lahir di Cimone pada Februari 1953 dari pasangan Ulyanah dan Saniyan, yang masyhur dipanggil Abah Iyang. Saniyan merupakan putra dari Hasan, dan Hasan adalah anak dari Rahiya. Menurut penuturan kakeknya, KH. Abdul Mu’thi masih memiliki garis keturunan bangsawan Banten yang dahulu bermukim di Kasunyatan (kini Kasemen, Kota Serang).

Abah Iyang dikenal sebagai montir profesional yang memiliki bengkel mobil sendiri. Namun, rumahnya juga kerap disinggahi para ulama besar dan tokoh-tokoh berpengaruh. Bahkan, tokoh Masyumi yang terkenal dengan Perjanjian Roem-Roijen, yaitu Mr. Mohammad Roem, pernah berkunjung ke rumahnya. Selain itu, Abuya Dimyati Cidahu dan KH. Syanwani Sampang juga sering datang, entah untuk urusan kendaraan atau lainnya. Abah Iyang juga aktif dalam Parmusi dan kemudian melanjutkan kiprahnya di PPP.

Utin kecil menempuh pendidikan dasar di Cimone dan lulus pada tahun 1965, bertepatan dengan masa gejolak nasional akibat peristiwa G30S/PKI dan pembasmian para kader serta simpatisan PKI di berbagai daerah yang dianggap sebagai basis komunis, yang berlangsung antara 1965 hingga 1968.

Pada tahun 1966, Utin remaja melanjutkan pendidikan ke SMP NU di Pabuaran Kenaiban. Setelahnya, ia masuk PGA (Pendidikan Guru Agama) 4 tahun dan lulus pada tahun 1972. Ia kemudian menempuh pendidikan di sekolah tinggi kedinasan AKIBRA dan sempat meraih pangkat Letnan Tituler.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gelar “tituler” adalah pangkat atau gelar kehormatan yang diberikan tanpa menjalankan tugas jabatan tersebut. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1959, pangkat militer tituler diberikan kepada warga sipil yang diwajibkan menjadi bagian dari militer karena alasan tertentu. Pangkat tersebut diberikan oleh Kepala Staf Angkatan sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Ayat 3 Bab III tentang Pangkat Militer Tituler.

Namun, Utin Abdul Mu’thi hanya satu tahun menempuh pendidikan di AKIBRA, lalu memutuskan melanjutkan ke Universitas Islam Djakarta (UID) dan meraih gelar Bachelor of Art (BA) pada Jurusan Paedagogie, Fakultas Pendidikan.

Sebagai sarjana muda lulusan UID, semangat belajar Utin muda tak surut. Ia justru menempuh pendidikan nonformal di berbagai pesantren. Ia pernah menimba ilmu kepada KH. Abdul Rohim di Gerendeng, Kota Tangerang. Pada tahun 1978, ia berguru kepada KH. Syadzili di Pesantren Darul Hikam, Cibeureum, Goalpara, Sukabumi selama lebih dari satu tahun, kemudian melanjutkan rihlah ilmiahnya ke Cikole, Ciamis pada tahun 1979.

Dari Ciamis, ia melanjutkan belajar di Pesantren As-Syafi’iyah, Jakarta, hingga tahun 1982, di bawah bimbingan KH. Abdullah Syafei—ayah dari Dra. Hj. Tutty Alawiyah yang dikenal melalui BKMT (Badan Kontak Majelis Taklim). Kemudian, pada tahun 1983, ia mondok di Pesantren Caringin, di bawah asuhan Ajengan KH. Yusuf, murid dari Mama KH. Suhaemi Padarincang, sosok faqih pengampu kitab Fathul Mu’in. Namun, masa belajarnya di sana hanya berlangsung tiga bulan.

Setelah menyelesaikan masa belajarnya di berbagai pesantren di Banten, KH. Utin Abdul Mu’thi pada tahun 1994 mulai rutin mengaji kepada Abuya Dimyati Cidahu setiap hari Minggu dan malam Selasa hingga wafatnya Abuya pada tahun 2003. Tradisi pengajian mingguan itu kini masih terus dilanjutkan di bawah asuhan putra tertua Abuya, yaitu Abuya Muhtadi.

Semangat ngaji di Cidahu menjadikan Abah Utin dipercaya menjadi pengurus harian PCNU Kota Tangerang pada tahun 2015. Kiprah dan harokahnya mewarnai gerakan NU di Kota Tangerang hingga kini, tahun 2025, dan pengaruhnya pun sangat terasa.

KH. Utin Abdul Mu’thi dikenal sebagai sosok ulama NU yang ‘alim, tenang, murah senyum, sederhana, dan tawadhu. Wajahnya memancarkan keteduhan dan kenyamanan. Kini, beliau didaulat sebagai pengurus PWNU Provinsi Banten untuk periode 2025–2030.

Abah Utin adalah abah bagi warga Kota Tangerang sekaligus wajah teduhnya NU Banten.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini