Jakarta — Ahmad Nurcholish, mahasiswa Program Doktor Sejarah Peradaban Islam di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA), hari ini, Sabtu (14/6), menjalani ujian terbuka disertasi. Ujian berlangsung pukul 13.00 hingga 15.00 WIB di Aula Jakoeb Oetama, Kampus A UNUSIA. Ahmad Nurcholish adalah aktivis pendidikan, kemanusiaan, dan juga kolumnis tetap di kalawaca.com
Disertasi yang diangkat berjudul “Gerakan Pendidikan Perdamaian Berbasis Keagamaan Pasca Orde Baru: Studi Historis Peran ICRP dalam Membangun Perdamaian di Indonesia.” Ia meneliti kiprah Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) dalam membangun pendidikan perdamaian lintas iman sejak era reformasi.

Tim penguji terdiri dari enam akademisi:
- Dr. Ginanjar Sya’ban, M.Hum
- Dr. Fariz Al Nizar, M.Hum
- Dr. Siti Nailah, S.Sos.I, M.Pd (Ketua Sidang)
- Dr. Ayatulloh, M.Ud
- Prof. Dr. Rumadi Ahmad, M.Ag (Promotor)
- Dr. Ahmad Su’adi, MA.Hum (Co-Promotor)
Isi Penelitian: Peran Penting ICRP Bangun Pendidikan Perdamaian
Penelitian ini mengulas bagaimana ICRP—organisasi lintas iman yang didirikan pada tahun 2000—mendorong pendidikan perdamaian di tengah maraknya konflik agama pasca-Orde Baru. Ahmad menelusuri:
- Sejarah lahirnya ICRP sebagai respons atas represi dan penyeragaman negara terhadap keberagaman.
- Program-program pendidikan perdamaian seperti kuliah lintas agama di kampus, workshop pemuda, dan media literasi damai.
- Peran tokoh-tokoh kunci seperti Abdurrahman Wahid dan Djohan Effendi dalam mengarusutamakan toleransi dan hak kelompok minoritas.
Dengan menggunakan pendekatan sejarah sosial dan teori gerakan sosial, Nurcholish menyimpulkan bahwa pendidikan perdamaian berbasis nilai-nilai agama dan inklusi adalah kunci membangun masyarakat yang adil dan damai di Indonesia.