Beranda Opini Affan, Keadilan, dan Masa Depan Demokrasi Kita

Affan, Keadilan, dan Masa Depan Demokrasi Kita

Oleh : Yana Karyana

TRAGEDI yang merenggut nyawa seorang anak bangsa, Affan Kurniawan, dalam aksi massa di Jakarta bukan sekadar peristiwa tragis. Kehilangan ini adalah ujian bagi negara dan sekaligus cermin kualitas demokrasi kita.

Bagaimana negara merespons tragedi ini akan menentukan seberapa serius komitmen kita terhadap nilai kemanusiaan, keadilan, dan demokrasi yang sesungguhnya.

Demokrasi tidak pernah seharusnya ditebus dengan nyawa. Kebebasan menyampaikan aspirasi adalah hak yang dijamin konstitusi, dan tugas negara adalah memastikan hak itu dihormati tanpa melahirkan korban.

Jika nyawa rakyat masih melayang dalam proses demokrasi, maka ada yang keliru dalam cara negara mengelola perbedaan.

Ada tiga hal penting yang patut dijadikan pegangan. Pertama, menghentikan segala bentuk kekerasan yang justru memperlebar jarak antara rakyat dan negara. Kedua, mengedepankan dialog serta musyawarah sebagai cara paling bermartabat untuk menyelesaikan perbedaan.

Dan ketiga, menumbuhkan komitmen moral dari semua pihak, seperti aparat, elite politik, maupun masyaraka untuk menahan diri dan mengutamakan kepentingan bangsa di atas segalanya.

Keteladanan elite politik dan aparat keamanan menjadi kunci. Negara hukum akan kehilangan wibawa jika keadilan tidak ditegakkan secara transparan dan berkeadilan.

Publik menanti langkah konkret Kapolri untuk mengusut tuntas kasus ini, serta menunggu keberanian moral Presiden Prabowo untuk betul-betul mendengar suara rakyat, bukan sekadar memberi janji.

Di tengah era digital, masyarakat juga dituntut cerdas menyaring informasi dan tidak larut dalam provokasi. Ruang publik harus menjadi wadah pencerahan, bukan medan perpecahan. Media dan tokoh masyarakat pun dituntut hadir sebagai penjernih, bukan pengobar emosi.

Tragedi Affan Kurniawan harus menjadi alarm moral bahwa demokrasi kita sedang diuji. Apakah negara mampu melindungi warganya, atau justru membiarkan kekerasan menjadi wajah yang menakutkan dari demokrasi itu sendiri? Jika keadilan gagal ditegakkan, maka yang hilang bukan hanya satu nyawa, tetapi juga kepercayaan rakyat pada negara.

Indonesia sedang menapaki jalan menuju cita-cita besar 2045. Namun, cita-cita itu akan rapuh jika aspirasi rakyat masih dibayar dengan korban. Demokrasi hanya akan matang jika dijalankan dengan dialog, keadilan, dan penghormatan pada martabat manusia.

Kini saatnya para pemimpin bangsa menunjukkan keberanian moral: mengakui kesalahan, menegakkan keadilan, dan merawat demokrasi dengan cara yang bermartabat.

Sebab, sejarah akan mencatat, apakah tragedi Affan hanya menjadi noda kelam, atau justru menjadi titik balik lahirnya demokrasi Indonesia yang lebih adil dan manusiawi.

 

*Penulis adalah Pegiat Kemanusiaan, Aktivis Pesantren dan Keagamaan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini