Kalawaca.com – Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Andre Rosiade, menegaskan peran strategis PT Pertamina (Persero) sebagai BUMN energi terpadu yang tidak hanya menjadi tulang punggung ketahanan energi nasional, tetapi juga motor utama dalam transisi menuju energi bersih.
Pernyataan itu disampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama manajemen Pertamina di Gedung Nusantara I, Senayan, Jumat (12/9/2025).
Andre menekankan evaluasi kinerja semester I 2025 harus menjadi momentum memperkuat tata kelola, efisiensi, dan keberlanjutan jangka panjang.
“Komisi VI DPR RI harus memastikan bahwa seluruh mandat dan kinerja Pertamina berjalan dengan tata kelola yang baik, efisiensi yang tinggi, serta keberlanjutan jangka panjang,” ujarnya.
Menurut Andre, Pertamina mencatat sejumlah capaian penting pada semester I 2025, di antaranya target produksi migas nasional yang melampaui 111,9 persen dari APBN, dengan produksi minyak sekitar 608 ribu barel per hari dan gas 1.199,7 ribu BOEPD.
Pertamina Hulu Energi juga membukukan produksi 1,04 juta BOEPD, didukung penyelesaian 404 sumur pengembangan, 628 workover, dan lebih dari 18 ribu well services.
Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan tercatat mencapai 96 persen, sementara implementasi penuh program B40 sejak Maret 2025 menjadi tonggak penting menuju B50.
“Capaian ini sekaligus menunjukkan komitmen Pertamina terhadap energi bersih,” kata Andre.
Di sektor hilir, penyaluran BBM subsidi dan nonsubsidi berjalan sesuai kuota pemerintah, ditopang sistem digitalisasi.
Seluruh transaksi Biosolar telah 100 persen tercatat digital, sedangkan Pertalite mencapai 93,9 persen. Hingga Juli 2025, Pertamina menyalurkan sekitar 59 juta kiloliter BBM, 41 persen di antaranya berasal dari nonsubsidi.
Meski mengapresiasi capaian tersebut, Andre mengingatkan sejumlah tantangan, mulai dari risiko natural decline produksi migas, potensi keterlambatan RDMP Balikpapan, keandalan pasokan gas untuk industri dan PLN, hingga meningkatnya beban subsidi energi.
Pemerintah mengalokasikan subsidi energi 2025 sebesar Rp166 triliun, namun hingga semester I baru terealisasi Rp66,89 triliun atau 32,9 persen.
“Kesiapan infrastruktur dan bahan baku menuju B50 juga harus menjadi perhatian serius bagi keberlanjutan energi nasional,” ujarnya.
Andre menegaskan, roadmap transisi energi menuju B50 harus realistis, terintegrasi, dan memperhitungkan keterjangkauan.
“Pertamina tidak hanya harus menjadi penjaga pasokan energi, tetapi juga motor penggerak transformasi menuju energi bersih yang berkeadilan dan berkelanjutan,” tandasnya.