Kalawaca.com – Puluhan guru sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, menyatakan komitmen untuk menghentikan kekerasan di satuan pendidikan. Mereka juga berencana mengedukasi murid dengan pendekatan kreatif dan inovatif.
Komitmen itu disampaikan dalam Pelatihan Guru Kebinekaan (PGK) bertema “Mengelola Keragaman, Mencegah Kekerasan” yang digelar di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tegal, Sabtu (13/9/2025).
Direktur Eksekutif Yayasan Cahaya Guru (YCG), Muhammad Mukhlisin, menuturkan bahwa kekerasan di sekolah disebabkan banyak faktor, mulai dari pola asuh keluarga, pengaruh lingkungan, hingga dunia maya.
Karena itu, pencegahan maupun penanganannya perlu melibatkan berbagai pihak, bukan hanya sekolah.
“Maraknya kasus-kasus kekerasan di lingkungan satuan pendidikan perlu direspons dengan mengedepankan prinsip keberpihakan pada korban, kemanusiaan, dan non-diskriminasi,” tegas Mukhlisin.
Dalam pelatihan, YCG memperkenalkan berbagai strategi kreatif untuk memahami isu kekerasan, seperti permainan ular tangga, cocok kata, dan curah pendapat.
Pendidikan yang Inklusif
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah Kemendikdasmen, Gogot Suharwoto, menekankan pentingnya pendidikan yang tidak hanya mentransfer ilmu, tetapi juga membentuk karakter anak.
“Kami berharap, melalui pelatihan ini, para guru dapat lebih memahami dan menguasai keterampilan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih aman dan inklusif, di mana setiap anak dapat belajar tanpa rasa takut,” ujar Gogot dalam sambutan video.
Kegiatan ini mendapat dukungan dari pemerintah daerah, Kementerian Agama, hingga sektor swasta. Nur Hakim, Kepala Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan Kabupaten Tegal, menyebut kolaborasi ini membuka peluang besar untuk memperkuat kualitas pendidikan.
Haryono, Kasi Pendidikan Madrasah Kemenag Kabupaten Tegal, menambahkan bahwa pelatihan ini sejalan dengan upaya mewujudkan pendidikan yang rahmatan lil alamin.
Dukungan juga datang dari dunia usaha
Kepala Divisi Internal Audit PT Insight Investments Management, Gusti Pinandhita Arifin, menyatakan kegiatan ini selaras dengan visi perusahaannya: Transforming Investment into Social Impact.
“Kami mendukung kegiatan peningkatan kapasitas guru dari Yayasan Cahaya Guru sejak 2006, karena kami percaya melalui kegiatan seperti ini kualitas pendidikan masa depan bisa meningkat,” ujarnya.
Guru Belajar Menangani Kekerasan
Bagi peserta, pelatihan ini membuka wawasan baru. Ilham Marsantyo, guru SDN 01 Salapura, mengaku lebih paham cara mendampingi anak korban kekerasan.
“Menurut saya sangat penting memberikan pendampingan pada murid korban kekerasan supaya dia bisa kembali ke sekolah dengan aman dan nyaman. Jangan sampai dia merasa takut, khawatir, dan rendah diri sebagai korban kekerasan,” katanya.
Hal serupa diungkapkan Nur Ulfa Oktavia Rahma dari SDN 02 Batu Agung. Ia berencana membagikan hasil pelatihan kepada siswa dan sesama guru di kelompok kerja tingkat gugus atau kecamatan.
“Dari pelatihan ini, kami sadar, ternyata banyak sikap yang sebenarnya itu kurang tepat. Kami ingin memakai alat peraga dari kegiatan ini untuk edukasi ke murid, dan guru-guru lain,” ucapnya.
Aktivis pendidikan Tegal sekaligus founder Sanggar Pendidikan SKI NUFA, Muhammad Dhofier, menilai PGK penting sebagai momentum refleksi bagi guru.
“Pelatihan Guru Kebinekaan Kabupaten Tegal 2025 perlu menjadi momentum agar guru-guru memiliki kesadaran bahwa kekerasan dapat muncul bermula dari bias pandang dan sikap yang dianggap biasa, padahal itu hal keliru, misalnya candaan/guyonan seksis,” jelasnya.
Sebanyak 54 guru dari berbagai sekolah di Kabupaten Tegal mengikuti kegiatan ini. Rangkaian PGK meliputi workshop sehari penuh, pendampingan daring oleh YCG, serta implementasi ke siswa di sekolah masing-masing.
PGK di Tegal ini merupakan kelanjutan dari kegiatan serupa yang pernah digelar di Kabupaten Lebak pada 2024.
YCG menegaskan akan terus mendampingi guru dalam menciptakan lingkungan sekolah yang menghargai keragaman sekaligus bebas dari kekerasan.