Kalawaca.com – Yayasan Cahaya Guru (YCG) meminta pemerintah menghentikan sementara Program Makan Bergizi Gratis (MBG) setelah memicu ribuan kasus keracunan di berbagai daerah. YCG menilai persoalan yang muncul sudah sangat mengkhawatirkan dan berpotensi mengancam jiwa anak-anak.
Sebagai lembaga yang fokus mendukung profesionalisme guru, YCG menegaskan, pihaknya menerima banyak masukan dari para guru agar pemerintah segera melakukan evaluasi. Kekhawatiran guru dan orang tua kian meningkat setelah ribuan anak menjadi korban.
Muhammad Mukhlisin, Direktur Eksekutif YCG, menyebut program MBG memiliki tujuan baik, yakni memenuhi kebutuhan gizi anak serta pemerataan akses makanan bergizi di Indonesia. Namun, keracunan massal yang terjadi tidak bisa diabaikan.
“Kami mendesak pemerintah menghentikan sementara program Makan Bergizi Gratis (MBG) hingga dilakukan evaluasi menyeluruh terkait keamanan makanan dan distribusi yang tepat. Berikan sanksi tegas kepada petugas dan pejabat yang lalai. Keamanan dan keselamatan anak-anak harus menjadi prioritas utama,” tegas Mukhlisin.
Selain soal keamanan makanan, YCG juga menyoroti beban tambahan yang ditanggung guru. Mukhlisin menilai guru seharusnya fokus pada tugas inti mendidik dan mengajar. Keterlibatan dalam urusan administratif maupun logistik MBG dikhawatirkan mengurangi waktu pembelajaran.
“Kami juga mendesak agar guru tidak dibebani dengan tugas-tugas di luar pengajaran yang dapat mengganggu fokus mengajar dan mendidik. Banyak guru mengeluh dengan tugas tambahan mengelola MBG ini,” urainya.
“Hal ini bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang menegaskan bahwa tugas guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, dan menilai hasil belajar peserta didik,” imbuhnya.
Lebih jauh, pihaknya menekankan pentingnya pengelolaan MBG yang lebih transparan dan kolaboratif. Masyarakat harus dilibatkan dalam pemantauan agar distribusi makanan sesuai standar gizi, aman, serta bebas dari risiko kesehatan.
Mekanisme pengaduan publik juga dinilai penting untuk mengawasi praktik di lapangan, kata Mukhlisin, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor terkait akan membuat program lebih efektif, tepat sasaran, serta meminimalisir kesalahan maupun penyalahgunaan.
“Orang tua melalui komite sekolah dan kantin sekolah mestinya dapat menjadi mitra potensial untuk menyukseskan program MBG ini. Keracunan massal ini membuktikan gagalnya tata kelola dan penjaminan keamanan makanan,” pungkasnya.
Diketahui, Badan Gizi Nasional mencatat sejak Januari hingga 22 September terjadi 4.711 kasus keracunan MBG. Kasus terparah menimpa 1.333 siswa di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat hingga 26 September. Terbaru, serpihan kaca ditemukan dalam makanan MBG di SMAN 4 Batam.