Beranda Pendidikan Dari Garut ke Panggung Nasional: Kisah Guru Madrasah yang Diabadikan dalam Dua...

Dari Garut ke Panggung Nasional: Kisah Guru Madrasah yang Diabadikan dalam Dua Buku

Bapak Insan Faisal Ibrahim, S.Pd, bersama para siswa dan rekan guru di MIS Ar-Raudhotun Nur Bayongbong, Kabupaten Garut. Dalam foto ini, Pak Insan terlihat berbagi momen penuh keakraban dan kebersamaan dengan anak didiknya serta sesama pendidik. Kepribadian beliau yang rendah hati dan penuh perhatian terhadap siswa tampak jelas, menggambarkan semangat pengabdian yang tulus dalam mendidik generasi penerus bangsa.
Bapak Insan Faisal Ibrahim, S.Pd, bersama para siswa dan rekan guru di MIS Ar-Raudhotun Nur Bayongbong, Kabupaten Garut. Dalam foto ini, Pak Insan terlihat berbagi momen penuh keakraban dan kebersamaan dengan anak didiknya serta sesama pendidik. Kepribadian beliau yang rendah hati dan penuh perhatian terhadap siswa tampak jelas, menggambarkan semangat pengabdian yang tulus dalam mendidik generasi penerus bangsa.

Garut, 06 Oktober 2025 – Seorang guru sering kali mengabdikan diri tanpa banyak sorotan, namun memiliki pengaruh besar bagi masa depan bangsa. Salah satunya adalah Bapak Insan Faisal Ibrahim, S.Pd, seorang guru Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Ar-Raudhotun Nur di Bayongbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Perjuangannya kini mendapatkan penghormatan khusus setelah kisah hidupnya diabadikan dalam dua buku nasional, “77 Guru Inspiratif” dan “Perjalanan Seorang Guru”.

Keberhasilan Pak Insan, seorang guru madrasah, untuk muncul dalam karya literasi pendidikan berskala nasional tentu menjadi kebanggaan yang tak hanya dirasakan oleh dirinya dan keluarga, tetapi juga bagi dunia pendidikan, khususnya madrasah yang sering kali dianggap sebelah mata. Nama Pak Insan dalam buku-buku tersebut menunjukkan bahwa seorang guru madrasah memiliki kapasitas untuk memberikan teladan dan inspirasi yang layak dicatat dalam sejarah.

Buku “77 Guru Inspiratif” dan “Perjalanan Seorang Guru” yang mengabadikan kisah perjuangan Bapak Insan Faisal Ibrahim, S.Pd. Sebagai guru madrasah yang penuh dedikasi, beliau menginspirasi banyak orang dengan pengabdiannya yang tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga menanamkan nilai-nilai akhlak pada siswa-siswanya. Kedua buku ini menjadi saksi perjalanan luar biasa seorang guru dari Garut yang kini menginspirasi di panggung nasional.
Buku “77 Guru Inspiratif” dan “Perjalanan Seorang Guru” yang mengabadikan kisah perjuangan Bapak Insan Faisal Ibrahim, S.Pd. Sebagai guru madrasah yang penuh dedikasi, beliau menginspirasi banyak orang dengan pengabdiannya yang tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga menanamkan nilai-nilai akhlak pada siswa-siswanya. Kedua buku ini menjadi saksi perjalanan luar biasa seorang guru dari Garut yang kini menginspirasi di panggung nasional.

Perjalanan Menginspirasi dalam Keterbatasan

Pak Insan memulai kariernya sebagai guru di sebuah madrasah yang terletak jauh dari rumahnya. Meskipun menghadapi kondisi yang serba terbatas, baik dari segi jarak maupun sumber daya, beliau tidak pernah surut semangatnya. Bahkan, meski sering kali dipandang sebelah mata oleh sebagian rekan seprofesinya, yang meragukan kemampuannya untuk membawa perubahan dalam pendidikan, Pak Insan justru melihat keterbatasan itu sebagai tantangan untuk terus berinovasi.

Di tengah keterbatasan, Pak Insan tetap menekankan pentingnya nilai-nilai akhlak di samping ilmu pengetahuan. Dengan sabar, rendah hati, dan penuh dedikasi, ia terus membimbing anak-anak di desa tersebut, menjadikannya figur yang menginspirasi banyak pihak. Kisahnya yang penuh perjuangan itu tercatat indah dalam dua buku tersebut.

“Bagi saya, menjadi guru bukan hanya pekerjaan, tapi pengabdian. Saya ingin anak-anak merasa bahwa mereka punya masa depan cerah, meskipun mereka berasal dari desa,” kata Pak Insan dalam salah satu kutipan di buku “77 Guru Inspiratif”.

Pengabdian Tanpa Pamrih, Menjadi Teladan

Buku “Perjalanan Seorang Guru” menggambarkan lebih dalam tentang perjuangan Pak Insan. Buku ini menyoroti bagaimana tekadnya untuk terus belajar dan memperbaiki kualitas diri sebagai pendidik, meskipun tidak selalu mendapatkan apresiasi dari segi kesejahteraan. Pak Insan menggambarkan bagaimana kelelahan sebagai guru berubah menjadi kepuasan batin saat melihat perkembangan siswa-siswinya.

“Ketika profesi ini saya jalani dengan ikhlas, maka kelelahan pun berubah menjadi kepuasan. Siswa-siswa saya adalah alasan terbesar saya untuk terus berdiri di depan kelas,” ungkapnya dalam buku tersebut.

Bagi masyarakat, terutama di Jawa Timur, kisah hidup Pak Insan menjadi cahaya yang menyemangati para pendidik lainnya untuk terus berkarya dan memberi yang terbaik meski dihadapkan dengan berbagai keterbatasan.

Apresiasi dari Pihak Madrasah

Kepala MIS Ar-Raudhotun Nur, Ibu Mutiara Selandia Effendi, S.Pd, menyampaikan apresiasi tinggi atas pencapaian yang diraih Pak Insan. “Kami merasa sangat bangga. Kisah Bapak Insan yang diangkat dalam dua buku nasional ini membuktikan bahwa guru madrasah memiliki daya juang dan semangat luar biasa. Beliau tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik dengan hati. Semoga pencapaian ini semakin memotivasi guru-guru lain untuk berprestasi dan terus menginspirasi,” ujar Ibu Mutiara.

Hal senada juga disampaikan oleh KH. Adis Abdullah Effendi, Ketua Yayasan Ar-Raudhotun Nur. Menurutnya, kisah Pak Insan menjadi contoh nyata dari dedikasi seorang guru madrasah yang seringkali tidak mendapat perhatian yang semestinya.

“Ketika banyak orang mengukur kesuksesan dengan materi, Pak Insan mengajarkan kita bahwa keberhasilan sejati adalah ketika ilmu dan akhlak anak didik berkembang dengan baik. Kami sangat mengapresiasi beliau. Diangkatnya kisah beliau dalam buku adalah bukti bahwa pengabdian tidak pernah sia-sia,” tegas KH. Adis.

Simbol Pengabdian Sejati

Meski tantangan dalam profesi guru di Indonesia, terutama dalam hal kesejahteraan, masih besar, kisah hidup Pak Insan mengingatkan kita bahwa profesi ini tetap memiliki makna mulia. Dengan segala keterbatasannya, Pak Insan terus berjuang menjadi guru terbaik bagi murid-muridnya. Kehadiran kisahnya dalam dua buku nasional menjadi simbol bahwa guru madrasah juga mampu bersaing dan memberikan inspirasi yang luas.

Keberhasilan Insan Faisal Ibrahim, S.Pd, menjadi bagian dari dua buku inspiratif nasional ini adalah tonggak sejarah bagi dunia pendidikan, khususnya madrasah di Garut. Dari ruang kelas sederhana di Bayongbong, kisahnya kini menggema hingga ke Jawa Timur dan mendapatkan pengakuan di kancah nasional. Semoga kisah beliau terus menjadi pengingat bagi kita semua bahwa profesi guru adalah panggilan hati. Walaupun tidak selalu bersahabat dengan kesejahteraan, profesi ini tetap menjadi jalan pengabdian yang mulia untuk mencetak generasi bangsa yang cerdas dan berakhlak.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses