Kalawaca.com – Pemerintah Desa Sasak Panjang bersama Yayasan Inklusif menggelar kegiatan dialog publik bertajuk “Membangun Kesadaran dan Kepedulian Publik dalam Merawat Kerukunan serta Penerimaan Sosial” di Kantor Desa Sasak Panjang, Kecamatan Tajurhalang, Kabupaten Bogor, Kamis (27/11/2025).
Kegiatan ini menjadi forum strategis yang mempertemukan pemangku kepentingan, mulai dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Wahid Foundation, hingga tokoh masyarakat, tokoh agama dan berbagai elemen masyarakat di Desa Sasak Panjang guna memperkuat ikatan sosial di wilayah penyangga ibu kota tersebut.
Kepala Desa Sasak Panjang, Andy Umi Yulaikah, menegaskan kesiapan desanya menjadi model kerukunan di Kabupaten Bogor. Ia mengungkapkan, dengan populasi mencapai 34 ribu jiwa yang sangat majemuk dari segi agama dan budaya, Desa Sasak Panjang memiliki tantangan sekaligus potensi besar dalam merawat keberagaman.
“Penduduk kami sangat beragam, ada Muslim, Kristen, Hindu, dan Buddha. Alhamdulillah, masyarakatnya rukun sosialnya. Kami berterima kasih Desa Sasak Panjang dipilih menjadi lokasi kegiatan ini,” ujar Andi dalam sambutannya.
Andi menjelaskan, ketahanan sosial di desanya tidak hanya dibangun melalui dialog, tetapi juga penguatan ekonomi dan pangan. Ia memaparkan keberhasilan program ketahanan pangan desa berupa budidaya lele, nila, dan ayam petelur yang hasilnya dikontribusikan untuk kesehatan warga.
“Hasil dari ketahanan pangan ini bisa membantu penanganan stunting, yang tadinya 36 kasus sekarang sudah nol. Ke depan, kami juga akan membangun Koperasi Merah Putih untuk menopang ekonomi warga,” tambahnya.
Direktur Eksekutif Yayasan Inklusif, Muhammad Subhi Azhari, menilai langkah Desa Sasak Panjang ini sangat krusial. Menurutnya, sebagai wilayah penyangga Jakarta, dinamika sosial di Bogor berjalan sangat cepat sehingga membutuhkan ruang dialog yang hangat antar-warga.
“Pencegahan yang paling efektif bermula dari ketahanan keluarga dan kepedulian lingkungan terdekat. Forum ini dirancang agar tidak ada warga yang merasa terasing,” jelas Subhi.
Sementara itu, Managing Director Wahid Foundation, Siti Kholisoh, menyoroti pentingnya aspek ekonomi dalam menjaga kedamaian desa. Ia mengingatkan bahwa kerentanan ekonomi, seperti jeratan pinjaman online (pinjol), seringkali menjadi pintu masuk bagi ketidakstabilan sosial.
“Program Desa Damai dan Koperasi Cinta Damai hadir untuk menjawab tantangan tersebut, agar masyarakat memiliki ketahanan ekonomi dan tidak mudah terpapar pengaruh ekstrem,” kata Siti.
Turut hadir dalam acara tersebut, Kasubdit Kesiapsiagaan Direktorat Penindakan BNPT, Kolonel Cpl. Indra Gunawan, yang memberikan wawasan mengenai pentingnya peran aktif masyarakat dalam mendeteksi dini potensi radikalisme di lingkungan masing-masing.




















