Kalawaca.com – Gugus Tugas Desa Damai Desa Sasak Panjang menggelar pertemuan multipihak guna merumuskan situasi kondusif di lingkungan masyarakat. Forum dialog ini dilaksanakan di Balai Desa Sasak Panjang, Kecamatan Tajurhalang, Kabupaten Bogor, pada Rabu (3/12/2025).
Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Kepala Desa Sasak Panjang Hj. Andi Umi Yulaikah, Kanit Binmas Polsek Tajurhalang Ipda Iwan Nugroho, serta Penyuluh Agama Kecamatan Tajurhalang Acep Saepudin. Hadir pula Babinkamtibmas, serta tokoh lintas iman yang terdiri dari pemuka agama Islam, Pendeta, dan tokoh umat Hindu, bersama dengan tokoh pemuda dan tokoh masyarakat setempat.
Dalam forum tersebut, pembahasan mengerucut pada dua isu utama, yakni menjaga toleransi di tengah keberagaman dan mengantisipasi maraknya kenakalan remaja yang dipengaruhi oleh media sosial.
Kepala Desa Sasak Panjang, Hj. Andi Umi Yulaikah, dalam sambutannya menekankan karakteristik Desa Sasak Panjang sebagai wilayah dengan tingkat heterogenitas yang tinggi.
“Desa Sasak Panjang adalah wilayah dengan keragaman warga yang luar biasa dan jumlah penduduk yang sangat padat. Selama ini, keharmonisan warga berjalan damai dan kondusif,” ujar Umi Yulaikah.
Meski demikian, Umi mengingatkan bahwa tantangan keamanan, khususnya kenakalan remaja, masih menjadi pekerjaan rumah bersama. Menjelang akhir tahun, ia mengimbau agar semangat toleransi terus diperkuat.
“Agar perayaan Natal dan Tahun Baru nanti kondusif, saya mengajak antar-tetangga dan antar-umat beragama untuk saling menghormati dan mengasihi. Mari kita ciptakan situasi yang harmonis,” tegasnya.
Senada dengan hal tersebut, Penyuluh Agama Kecamatan Tajurhalang, Acep Saepudin, menyoroti pentingnya peran tokoh agama dalam menjaga suhu sosial tetap sejuk. Menurutnya, Kementerian Agama terus mendorong penguatan moderasi beragama sebagai kunci kerukunan.
“Konflik seringkali bermula dari kurangnya pemahaman atas perbedaan. Melalui moderasi beragama, kita diajarkan untuk mengambil jalan tengah, menghargai perbedaan tafsir, dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan demi mencegah perpecahan,” jelas Acep.
Sementara itu, Kanit Binmas Polsek Tajurhalang, Ipda Iwan Nugroho, memaparkan fakta mengejutkan terkait pergeseran modus kenakalan remaja. Berdasarkan temuan di lapangan, kenakalan remaja saat ini sangat dipengaruhi oleh media sosial dan faktor keluarga.
Iwan mengungkapkan adanya fenomena remaja yang sengaja membuat konten tawuran demi mendapatkan uang dari situs judi online.
“Ada sejumlah remaja yang membuat konten tawuran, lalu mereka mendapat bayaran sekitar Rp800 ribu dari admin situs judi online. Jadi, mereka mengunggah konten kekerasan itu untuk mempromosikan situs-situs tersebut,” ungkap Iwan.
Selain itu, Iwan juga menyoroti dampak game online yang kerap diaplikasikan anak-anak ke dunia nyata, serta isu perundungan (bullying) yang masih marak. Menurutnya, akar masalah seringkali berasal dari kondisi rumah tangga (broken home) dan pola asuh orang tua yang terlalu memanjakan anak.
“Pencegahan dari orang tua adalah kunci utama. Kadang atas nama kasih sayang, orang tua menuruti apa saja maunya anak, misalnya membelikan motor padahal belum cukup umur. Tanpa disadari, itu justru menjerumuskan,” tambahnya.
Sebagai solusi, Iwan menyarankan agar para pemuda disibukkan dengan kegiatan positif seperti olahraga untuk mengalihkan energi mereka. Ia juga meminta masyarakat proaktif melapor jika melihat potensi gangguan keamanan.
“Jika di RW anda ada tongkrongan anak-anak yang meresahkan, sampaikan ke Babin atau langsung ke kami. Kalau teguran RT/RW sudah tidak dianggap, biar kami yang tindak lanjuti,” pungkasnya.




















