BOGOR, 15 Desember 2025 – Gugus Tugas Desa Damai Desa Sukamantri menggelar dialog multipihak untuk merumuskan strategi pencegahan ekstremisme kekerasan di tingkat desa, Senin, 15 Desember 2025. Pertemuan di Kantor Desa Sukamantri, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, ini melibatkan aparat desa, kepolisian, TNI, serta tokoh agama dan masyarakat.
Direktur Eksekutif Yayasan Inklusif, M. Subhi Azhari, mengatakan dialog ini bertujuan mendorong isu ketahanan sosial masuk dalam rencana program desa. Salah satu poin krusial yang dibahas adalah penanganan dan reintegrasi sosial bagi individu yang pernah terpapar paham radikal atau mantan narapidana terorisme.
Menurut Subhi, penerimaan masyarakat menjadi kunci agar mereka tidak kembali ke kelompok lamanya. “Kita perlu memikirkan cara menjalin kembali hubungan dengan mereka yang pernah terpapar. Ketika mereka tidak diterima dan mendapat stigma, risiko untuk kembali ke jaringan lama semakin besar,” kata Subhi dalam forum tersebut.
Subhi berharap hasil pemetaan masalah dalam dialog ini tidak berhenti sebagai wacana, melainkan diusulkan menjadi program konkret dalam Musyawarah Desa (Musdes) mendatang.
Penyuluh Agama Kecamatan Tamansari, Mubarok, dalam pemaparannya menyoroti pentingnya penguatan moderasi beragama. Ia menekankan empat indikator utama: komitmen kebangsaan, toleransi, anti-kekerasan, dan penerimaan terhadap tradisi lokal. “Kearifan lokal dapat menjadi sarana memperkuat persaudaraan di tengah perbedaan,” ujar Mubarok.
Kepala Polsek Tamansari, Inspektur Satu Jajang, menyatakan situasi keamanan di wilayahnya sejauh ini kondusif tanpa konflik terbuka antarumat beragama. Namun, ia meminta masyarakat tetap aktif melakukan deteksi dini. “Keamanan bukan hanya tanggung jawab aparat kepolisian, tetapi membutuhkan peran aktif masyarakat,” kata Jajang.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program SECURE (Social Engagement for Community Unity and Resilient Enhancement). Program yang didukung Global Community Engagement and Resilience Fund (GCERF) ini dijalankan oleh konsorsium Yayasan Inklusif, Wahid Foundation, La Rimpu, dan Libu Perempuan untuk memperkuat ketahanan masyarakat terhadap ancaman intoleransi.




















